Kekurangan Open Trip saat Pendakian
Kali ini kita akan membahas kekurangan atau tidak enaknya open trip saat mendaki gunung. banyak kasus tidak enaknya open trip. berikut ini beberapa hal kekurangn open trip yang disadur dari beberapa pengalaman teman-teman pendaki:
- Ikut rombongan peserta open trip yang hampir semuanya tidak peduli satu sama lainnya.
- meeting point nya tidak jelas
- masih ada peserta open trip yang baru sampai di meeting point jam 8.30 malam, padahal di jadwal jam 7 malam. Untuk suatu perjalanan yang mana para pesertanya tidak saling kenal, sangat tidak etis untuk terlambat.
- rebutan lahan buat bangun tenda
- ketika persiapan pulang, beberapa rombongan lainnya meminjam peralatan memasak saya untuk memasak mie instan, ketika selesai digunakan hanya di taruh saja di depan, tidak dicuci atau dirapihkan.
- ketika turun gunung, semua peserta sudah berpencar, ada yang jalan duluan, ada pula yang paling belakangan.
Apa sisi buruk acara open trip di gunung?
Naik gunung open trip? Bukan hal yang saya rekomendasikan apabila panitianya kurang tegas. Naik gunung bukan hal yang sesederhana berkumpul-jalan-berkemah-pulang-berpisah, diantara berkumpul dan berpisah ada banyak faktor yang diperhatikan.
- Perbedaan kemampuan fisik.
- Perbedaan ritme jalan
- Perbedaan motivasi dan ego
- Perbedaan persepsi mengenai risiko
- Perbedaan konsep lebih-cukup-kurang
Beda kemampuan fisik
Tentu tidak semua orang memiliki kemampuan yang sama, ada yang kuat tapi staminanya kurang atau ada yang kurang kuat tapi staminanya bagus, tentu berpengaruh saat naik gunung apabila berjalan bersama, harus saling menyesuaikan karena berkaitan dengan poin berikutnya.
Beda ritme jalan
Ada yang cocoknya berjalan dengan tempo cepat dan sesekali beristirahat, ada yang tempo lambat tapi jarang istirahat. Apabila baru bertemu dan tidak memahami karakter rekannya hal ini bisa menimbulkan masalah saat naik gunung, apalagi terkait motivasi dan ego.
Beda motivasi dan ego
Ada yang tujuannya puncak atau lokasi, ada yang tujuannya menikmati perjalanan, ada yang baru pertama kali ikut, ada yang ingin show-off, dan banyak lagi isi pikiran yang berbeda-beda, otomatis butuh pemandu yang tegas dan tertib.
Perbedaan persepsi mengenai risiko
Hal yang sama dengan perbedaan pandangan bisa menilmbulkan perbedaan, apalagi terkait risiko, pilihan jalur tebing yang curam tapi cepat sampai dibanding jalur landai tapi lama bisa membuat perdebatan, apalagi saat lelah. Apalagi pemilihan apakah melanjutkan perjalanan sampai puncak atau turun kembali saat ada hambatan, entah hujan angin kencang, atau kondisi perbekalan. Ini pilihan yang berat bagi peserta yang bernafsu ingin mencapai puncak.
Perbedaan konsep lebih-cukup-kurang
Ini biasanya pada perbekalan atau waktu istirahat, setiap orang akan berbeda kebiasaannya, apakah every-man-for-himself, atau tanggung renteng. Terlebih dengan orang yang baru bertemu, saat awal kenalan mungkin akan baik-baik saja, ketika sudah di kondisi dalam tekanan sifat buruk bisa keluar ke permukaan.
Hal diatas yang membuat saya kurang sreg dengan kegiatan pendakian tapi sistemnya open trip, selain itu beberapa operator open -trip seperti memanfaatkan peserta lainnya untuk naik gunung gratis.
Sumber tulisan: Quora